Agar brand kamu dapat lebih mudah berinteraksi selayaknya manusia, agar bisa terjalin ikatan yang kuat antara audiens dan brand, maka kamu butuh melakukan personifikasi brand terlebih dahulu. Dalam pelajaran bahasa, mungkin kamu sudah pernah mendengar soal personifikasi di mana sesuatu diandaikan menjadi seseorang.
Di sini saatnya kamu untuk membayangkan seseorang seperti apa yang bisa menjadi gambaran brandmu. Gambaran itu jugalah yang akan muncul di saat audiens sedang berkomunikasi dengan brandmu.
Yang pertama adalah tentukan ciri-ciri fisik.
Meskipun ada yang bilang jangan memandang orang dari fisiknya, tapi demi mencapai gambaran brand kamu sebagai ‘manusia’, kamu harus menentukan ciri fisiknya. Apakah dia laki-laki atau perempuan, berapa usianya, berapa berat dna tinggi badannya, apakah mancung atau pesek, sawo matang atau kuning langsat, dan sebagainya.
Kemudian, pilihlah cara “bicaranya”.
Fase ini adalah penentuan voice tone. Apakah brandmu sebagai manusia adalah seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baku, ataukah lebih memilih bahasa sehari-hari, kamu harus menentukannya untuk bisa konsisten menjadikan brand kamu sebagai “seseorang” yang berinteraksi dengan audiens.
Dan yang terakhir, bangun personality-nya.
Bayangkan berapa kali Ia mandi dalam sehari. Kamu juga bisa menentukan di mana Ia nongkrong di malam hari. Apakah Ia seseorang yang humoris atau tidak.
Dengan melakukan personifikasi, brand kamu dapat lebih mudah untuk membangun komunikasi yang bersifat personal dengan audiens. Hal itu akan membuat audiens lebih mudah menerima setiap pesan yang kamu kirimkan.