Memasuki tahun politik, ada banyak billboard caleg yang terpampang di jalan-jalan utama yang dapat dilihat dengan jelas oleh publik. diharapkan strategi ini bisa efektif.
Reaksi publik tentu berbeda-beda menyikapi billboard di jalan, tidak sedikit yang terganggu, dan mempertanyakan untuk apa pakai billboard?
Terutama di era digital di mana promosi bisa dilakukan secara masif melalui media sosial dan website.
Baca juga : Kenapa Penggunaan Hastag Begitu Penting?
Apakah penggunaan billboard masih efektif atau cuma pemborosan anggaran?
Di tahun 2018, Pandji Pragiwaksono sempat viral karena billboard berisi foto dirinya mengenakan baju batik dan tulisan #PilihPandji pada billboard-nya.
Dengan pemilihan tempat yang strategis yaitu jalan umum yang dilalui warga Bandung ke Jakarta dan sebaliknya.
Billboard ini kemudian ramai di media sosial dengan banyak asumsi yang beredar terkait pencalonannya sebagai calon legislatif,
terutama karena momentum yang belum terlalu jauh dari keberhasilannya sebagai jubir memenangkan Anies Baswedan sebagai gubernur Jakarta.
Kehebohan terjadi lagi setelah pengungkapan billboard tersebut ternyata adalah untuk tujuan promosi world tour stand up comedy Pandji yang bertajuk Pragiwaksono World Tour.
Dalam periode waktu yang jauh lebih dekat,
adalah kehebohan Deddy Corbuzier yang mempromosikan channel Youtube miliknya lewat billboard di Jakarta yang juga mengundang keramaian.
Terutama karena pro kontra terkait mempromosikan sebuah channel Youtube lewat media promosi yang tidak biasa seperti billboard menjadi bahasan kala itu.
Ditambah lagi, Ivan Gunawan yang ikut berkomentar soal billboard, dibalas oleh Deddy Corbuzier dengan menambah jumlah billboard miliknya di titik yang dilewati Ivan Gunawan.
Lalu Ivan yang tidak tinggal diam akhirnya mempromosikan salonnya lewat billboard di titik yang dilewati Deddy Corbuzier.
Tampak seperti pertengkaran kekanak-kanakan dua orang yang punya banyak uang, tapi sebenarnya, merupakan teknik promosi yang efektif.
Pada akhirnya tujuan awal tercapai, keramaian tercipta, dan keduanya mendapatkan awareness besar dari apa yang dilakukan.
Apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan billboard?
Dua kasus tadi adalah bukti betapa penggunaan billboard masih relevan, bahkan bisa jadi campaign yang besar jika diperlakukan dengan serius.
Berkembangnya era digital tidak akan sepenuhnya membunuh media yang sudah ada sebelumnya seperti billboard.
Bahkan dengan strategi yang tepat, penggunaan media sosial dan website bisa membuat media seperti billboard menjadi lebih relevan.
Yang perlu dilakukan adalah menyadari kalau semuanya sudah berubah, tidak bisa lagi sebuah campaign dilaksanakan dengan alur sesimpel ada anggaran, buat billboard, lalu ditinggalkan begitu saja.
Billboard harus dibuat dengan perencanaan campaign yang serius dan dapat dimaksimalkan dengan memanfaatkan sosial media.
Karena sekalipun billboard letaknya di jalanan, percakapannya akan terjadi di dunia maya.
Harus juga disadari, website, billboard, dan media sosial hanyalah medium,
yang terpenting adalah campaign yang matang dan terencana agar iklan tidak hanya jadi hiasan, tapi pemantik diskusi yang meningkatkan engagement.
Kalau kamu tertarik menggunakan billboard dalam campaign,
kamu bisa #JalanBareng Skena yang sudah berpengalaman membantu banyak campaign untuk berbagai jenis perusahaan, langsung saja klik tombol di bawah.